Tentang Kemarin
Andai hidup ada contekannya aku bakal nyontek. Sayangnya tak ada. Kita bisa hidup seenaknya tapi tanggung sendiri akibatnya. Intinya, ada aturan yang berlaku. Mau taat, tapi gak mudah juga.
Aku pernah sesal kenapa aku harus terlahir sebagai aku. Kenapa enggak sebagai dia, orang lain. Yang terlihat hidupnya jauh lebih bahagia daripada aku. Punya ayah, ibu, dan keluarga lengkap. Pergi kemana saja dengan mudahnya. Dan semua cita-citanya tercapai. Tapi bagaimana, aku sudah terlahir ke dunia. Dan aku bukan dia. Aku sudah berapa kali berusaha agar aku tak membandingkan hidupku. Tapi tetap saja karena kami berbeda hal itu rasanya selalu ada. Aku kerap melihat ke atas dimana dia berada. Aku seringkali harus adaptasi dengan keadaan yang sering berubah tanpa memberitahuku.
Jika memang aku harus hidup sebagai aku. Tuhan, aku ingin hidup bahagia dan tenang. Tak ada satu hal pun yang membuatku bersedih. Aku ingin seperti waktu kecil lagi. Tak ada masalah, tak ada konflik yang membuat pusing kepala. Walaupun sering sakit, sakitku tak pernah apa-apa aku cuma kelelahan seharian harus bermain. Hidung berair yang terus-menerus dihisap dan batuk yang rasanya gatal. Jadi pengingat masa-masa itu. Akankah itu terulang lagi. Jika iya, terima kasih. Tapi jika tidak maka yang tadi adalah kenangan.
Aku ingin kembali seperti dulu. Jika aku tahu akan begini maka aku akan kembali dan ku ubah jalan hidupku agar tak seperti sekarang. Akan ku perbaiki yang salah dan ku biarkan betul. Tapi ini kan hidup semuanya berpasangan benar dan salah. Bagaimana bisa mereka terpisah?
Komentar
Posting Komentar