Sebuah teka-teki | edisi cerpen
“ Apa yang sedang kalian mainkan? Aku mau tahu”
“ Sebuah teka-teki. Kau harus mencobanya?”
“ Siapa takut.”
Rifa mengambil bukuku lalu menuliskan sesuatu.
“ Nah, tebak!” katanya sambil menyodorkan buku yang dia ambil.
“ Apa ini?”
“ Itu teka-teki. Sudah jawaban saja!”
Beberapa menit berlalu...
“ Ayo, kau sedang memikirkan apa? Kenapa lama sekali?”
“ Sebentar, aku belum menemukan jawabannya.”
“ Aku hitung satu sampai sepuluh. Kau harus menjawabnya!”
“Kalau tidak?”
“ Kau kalah, bung.”
“ satu, dua, tiga, empat, limaaa, enamm, tujjuhh, delapan, sembilan, terakhir sepuluuhh.”
“ Katakan apa jawabannya?”
“ Aku menyerah, aku tak tahu jawabannya?”
“ Ayolah coba tebak dulu. Kau menyerah sebelum mencoba.”
“ Bagaimana aku bisa menjawab aku tak mengerti maksudnya apa, Rifa.”
“ Sudahlah kau memang tak ahli dalam hal ini.”
“ Kau kalah. Akanku jelaskan tapi sepulang sekolah kau harus menemaniku ke toko buku. Setuju?”
“ Setuju.” Kataku dengan penuh keyakinan.
Dia menjelaskan teka-teki yang sebenarnya tak rumit itu. Sesuatu memang terlihat lebih mudah saat jawabannya sudah kita ketahui.
“ Pa×- 1/3 Jah = Pa Kalimin seperti gajah”
“ Rumus macam apa, itu? Jawabnya bukan koefisien atau konstanta.” fira
Bu Maya memberikan tugas biologi, dia tak bisa masuk karena ada tugas di luar sekolah. Aku pun kembali ke mejaku untuk mengerjakannya.
“ Aku merasakan hal yang berbeda, ringan dan mudah. Dua hal yang aku rasakan saat aku mengisi dan mempelajari tentang biologi.”
“ Akhirnya selesai juga. Nilainya pasti sempurna. Paling salah satu atau dua.”
Ku letakan di meja guru.
Keesokan harinya, di jam istirahat.
“ Fira, Bu Maya memanggil kamu ke ruang guru.”
“ Ada apa?”
“ Entah.”
Sependek perjalanan aku meramal apa yang akan terjadi di ruang guru.
“ Tenang saja Fira. Kamu kan tidak membuat satupun kesalahan.”
“ Fira, ibu mau tanya soal tulisan yang ada di buku kamu.” Katanya sambil menunjukkan teka-teki yang Rifa tulis.
“ Kamu tahukan kalau kepala sekolah kita namanya pak Kalimin.”
“ Iya, Bu.”
“ Jadi, kamu tahu kesalahan kamu?”
“ Saya minta maaf, Bu. Itu cuma teka-teki. Saya tidak bermaksud kesana.”
“ Baik, ibu maafkan kamu.”
“ Jadi, saya gak dihukum, Bu?”
“ Tidak ada hukuman. Tapi ibu minta tulisan tersebut segera dihapus. Dan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.”
“ Siap, Bu. Tidak akan.”
Untung saja Bu Maya memberi tahu saya. Kalau tidak? Aku tidak tahu. Terima kasih, Bu Maya.
Komentar
Posting Komentar