Rosacea | Cerita Tentang Saya
...................
Entahlah kenapa udah dari kelas 6 sekolah dasar kalau gak salah, muka aku kalau kena panas matahari suka merah-merah. Bahkan pas SMP, cuma ketawa atau nguap aja muka aku bisa merah.
Mungkin ini jawaban dari doa yang tak sempat ku pinta bahkan ku sebut dulu. Dalam hati aku sempet bilang kalau aku pengen kaya orang berkulit putih yang kalau kepanasan kulitnya suka merah-merah.
Beranjak SMA, aku mulai deh ngerasa gak PD sama muka aku yang dikit-dikit merah ini. Ditambah muka aku juga rentan banget jerawatan, kering sampai ngelupas, terus pori-pori juga agak gedean gitu. Padahal awal masuk SMA muka aku kondisinya baik-baik aja, cuma merah-merah doang. Otakku mengatakan kalau permasalahan yang muncul di muka aku itu gara-gara face wash yang mulai gak cocok, bisa juga karena perubahan musim yang waktu itu jadi dingin. Sejak saat itu, aku sering banget gonta-ganti face wash, kalau dihitung-hitung udah ada tujuh face wash yang pernah aku coba.
Pasti kalian nanya, kok gonta-ganti cuci muka mulu?
Jawabannya basic banget "gak cocok". Dari fw yang segitu banyaknya gak ada yang cocok di aku. Yang ada muka aku malah kadang-kadang kering, kadang-kadang berminyak, muncul jerawatan terus-menerus yang lumayan gede, belum lagi beruntusan yang belum lama ini nemplok di jidat. Padahal dulunya jidat aku tuh bersih-bersih aja.
Selulusnya dari SMA, aku bertekad untuk menyelesaikan semua permasalahan kulit wajahku ini. Karena buat aku ini adalah waktu yang pas, dimana udah gak ada lagi sekolah dan segudang kesibukannya, yang tersisa hanya kebebasan dan kesenangan bagiku.
Aku tak tahu mulai dari kapan dan tanggal berapa, yang pasti aku benar-benar melakukannya. Berawal dari mengetikan sesuatu di kolom pencarian, membacanya, sampe nonton YouTube.
Aku sadar betul kalau aku punya kesulitan dalam memilih skincare routine terutama face wash. Makanya aku sering cari-cari di google kira-kira face wash apa yang bakal cocok di aku. Namun, jujur aku bukan orang yang percaya sama produk-produk yang direkomendasikan para blogger. Walhasil, apapun fw yang aku coba itu, ya...berdasarkan keyakinan diri aku sendiri aja dan review positif orang-orang.
Pernah ngerasa kalau aku tuh cocok sama suatu produk. Sampe akhirnya ditinggal juga, soalnya dia kaya ngasih efek memperbesar pori-pori aku yang udah nampak gitu.
Akhirnya lelah juga, nyoba dan nyoba lagi bukan untuk satu atau dua kali. Tapi untuk kesekian kali.
And stop, aku berhenti untuk mencoba lagi. Setelah berpikir lumayan lama, ku putuskan juga untuk pergi ke dokter spesialis kulit. Aku menemukan ide ini setelah aku membaca sebuah artikel.
Waktu itu bulan Agustus, aku pergi ke sebuah klinik kecantikan dengan perasaan ragu, takut kalau-kalau ini juga berakhir sia-sia.
Singkat cerita, aku memasuki ruang periksa, di sana ada dua orang dokter perempuan. Seorang dokter memerintahkan ku untuk menceritakan keluhan apa saja yang aku alami. Aku menceritakan semua terkait wajahku. Bahkan sebuah list sudah aku buat sebelumnya. Sedangkan, seorang dokter lagi memeriksa wajahku dengan sebuah kaca pembesar dan sebuah senter untuk meneranginya. Tak lupa dokter itu juga memotret kondisi wajahku.
Seorang dokter yang tadi berbicara, dia berbicara kembali untuk kedua kalinya " Ini bukan jerawat biasa. Kulit kamu kena rosacea. Makanya muka kamu dikit-dikit merah kalau kena panas matahari kan?"
Dan aku hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakannya karena itu semua memang benar.
"Saya akan kasih kamu sabun cuci muka, krim malam, sama sunscreen. Dan kamu gak boleh dulu makan-makanan dari tepung terigu, makan-makanan dalam keadaan panas atau dingin. Nanti setelah dua minggu kamu kesini lagi untuk konsultasi. Ada yang mau ditanyakan?" Kata dokter.
"Enggak dok. Terima kasih" Kataku menyudahi dialog beberapa menit itu.
Sekeluarnya aku dari ruang itu, duduklah aku di sebuah ruang tunggu. five minutes passed, seorang apoteker memanggil ku. Dia menjelaskan rangkaian perawatan wajah yang diberikan, mulai dari memberitahukan namanya sampai cara penggunaannya.
" Ini, Bu. Untuk pembayarannya di kasa sana, ya!" katanya sembari menyodorkan plastik berisikan skincare, lalu tangannya menunjuk ke suatu tempat.
" Iya, terima kasih"
Kini, di kasa aku berada. Sedang menunggu dihitungnya total yang harus aku bayar. Kemudian, dengan perasaan kaget sekaligus tak rela aku membayar. Heran, aku masih bisa kaget mendengar mahalnya biaya yang harus dibayar. Padahal aku sudah tahu sebelumnya kalau pergi ke dokter spesialis, ya...pasti mahal. Tak rela jelas karena itu bukan selembar kertas uang seribu.
Entah untuk keberapa kalinya aku mengatakan hal ini " tapi, aku memang ragu." Bagaimana kalau terjadi hal-hal seperti yang sebelumnya, bahkan lebih buruk dari itu. Percuma dong pergi ke dokter. Walaupun begitu, aku tetap memakai serangkaian produk yang telah diberikan. Ya...tentunya sesuai anjuran. Dan tak sabar melihat hasilnya.
Setelah beberapa hari, terlihatlah hasil yang be better off. Jerawat yang mulai jarang muncul, kemerahan yang mereda, komedo dan beruntusan yang menghilang. Dua minggu yang ku tunggu akhirnya datang juga, aku sangat ingat kalau aku harus bertemu dengan dokter kembali untuk konsultasi wajah.
Di sana, dokter berkata " Menurut saya wajah kamu sudah lebih baik dari sebelumnya." Hal itu dia katakan setelah seorang dokter lainnya memeriksa wajahku.
" Tapi, Dok. Saya merasakan perih dan panas seperti terbakar saat memakai krim malam. Abis itu wajah saya jadi merah-merah." Kataku
" Itu hanya reaksi beberapa bagian kulit wajah terhadap krim yang kamu pakai, gak papa itu umum terjadi kok, dan biasanya cuma di awal. Dan kalau merah-merah itu, paginya gak merah lagi kan?" Kata Dokter.
" Iya, Dok" Jawabku singkat.
" Iya, seperti yang saya bilang tadi." Katanya meyakinkan.
Sejak saat itu, aku benar-benar gak usah pusing lagi cari skincare routine yang bakal cocok di wajah aku. Karena aku tinggal beli lagi aja skincare yang udah diresep-in sama dokter di apotek.
Komentar
Posting Komentar